Disepanjang perjalanan saya menggapai impian dan karir, ada satu quote yang selalu saya pegang dan saya gunakan sebagai senjata ampuh ketika saya berada dalam kondisi down.
“ Kamu boleh menyerah kapan saja, tapi tidak sekarang”
Quote ini berhasil membuat saya bertahan dan bangkit lalu melanjutkan usaha saya untuk meraih apa yang ingin saya lakukan.
Perjalanan Menemukan Impian
Menurut hukum Law Of Attractions, masa depan seseorang itu dibentuk oleh persepsi dan konsep terhadap diri sendiri. Jika kita menanamkan sugesti pikiran yang baik maka outputnya pun akan baik. Konsep diri atau sugesti ini bisa disebut juga cita - cita. Tidak salah memang, karena faktanya banyak orang yang sukses dan berhasil dikarenakan mengikuti keinginan atau cita-citanya sejak kecil.
Tetapi, tidak sedikit pula orang yang memegang teguh pada cita- cita sejak kecil tidak berhasil di bidang yang dia cita-citakan. Persoalannya bukan terletak pada fokus atau tidak fokus, tapi kepada takdir. Sebagai umat yang beragama, tentu kita tidak boleh tiba-tiba amnesia terhadap hal yang satu ini.
Ketika apa yang kita usahakan dengan segenap kekuatan dan pengorbanan yang tidak mudah pada akhirnya tidak berhasil, maka menerima ketentuan Allah adalah suatu keharusan. Seperti cerita perjalanan saya dalam mewujudkan cita-cita yang sudah saya ukir sejak saya kecil.
Saya percaya, setiap orang memiliki cita-cita. Menjadi Dokter, Guru, Pelukis, Penyanyi, Pengusaha dan lain sebagainya. Saya juga demikian. Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, saya sudah bercita-cita menjadi Pelukis, Ilmuwan atau Arsitek. Sebuah cita-cita yang saat itu saya anggap hanya sebatas keinginan saja, belum mendarah daging di dalam hati dan pikiran saya.
Mengapa? karena saat itu saya masih belum paham menjadi pelukis itu seperti apa dan bagaimana. Apalagi menjadi Arsitek dan ilmuwan. Saya memilih cita-cita menjadi Arsitek dan Ilmuwan dikarenakan cerita menarik dari ayah saya tentang profesi ini. Juga kegemaran saya membaca buku ensiklopedia untuk anak dan remaja dan para penemu hebat.
Meski tidak paham, kenyataannya apapun yang saya suka dan lakukan sebagai hobi memang tidak jauh dari dunia seni lukis , arsitektur dan ilmu pengetahuan. Saya senang menggambar sejak kecil dan kebetulan saya juga senang menggambar rumah. Hobi yang berlanjut hingga saya remaja. Bahkan ketika SMP saya pernah membuat kelompok ilmiah remaja.
Memilih Sekolah Teknik Menengah
Setelah lulus SMP, kecintaan saya terhadap ilmu pengetahuan menjadi bahan pertimbangan saya dalam menentukan jenjang pendidikan sekolah menengah atas selanjutnya. Bisa dibilang, saya Termasuk siswa yang anti mainstream dan tidak ingin seperti teman - teman saya yang lain yang memiliki ke SMA Umum, saya memilih melanjutkan ke Sekolah Teknik Menengah atau STM.
Sedikitnya informasi mengenai berbagai jurusan STM membuat saya melanjutkan sekolah tingkat atas ke STM Kimia jurusan Kimia Industri yang sekarang berganti nama menjadi SMKN 7. Memang agak menyimpang dari cita-cita saya menjadi Arsitek, tapi sedikit lebih dekat dengan cita-cita saya menjadi Ilmuwan.
Laboratorium menjadi arena bermain saya selama tiga tahun lamanya. Rasanya tentu senang luar biasa karena “bermain” praktikum kimia, mulai dari Kimia Dasar hingga Kimia Analisa dan Biokimia.
Gagal Masuk ITB dan Polban
Ketika teman-teman STM saya sibuk melamar pekerjaan setelah lulus sekolah, saya sibuk mencari dan memilih Universitas. Ya, alhamdulillah saya termasuk yang beruntung dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang Universitas.
Lupa akan cita-cita saya menjadi arsitek, saya memilih kampus dengan jurusan yang sejalan dengan pendidikan saya di STM yaitu Kimia Industri. Saya pun mengikuti UMPTN dengan pilihan Fakultas Teknologi Industri jurusan Teknik Kimia ITB dan Program Diploma Jurusan Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (UNPAD) sebagai pilihan kedua.
Lalu berhasil kah saya? tidak, tapi saya lulus di UNPAD. Tentu saya kecewa dan bingung walau saya lulus di UNPAD. Karena, satu-satu nya pilihan saya agar bisa melanjutkan pendidikan ke Universitas Negeri yang sesuai dengan apa yang saya pelajari selama di STM hanya di ITB. Saya tidak putus asa, akhirnya saya mencoba mengikuti Ujian di Perguruan Tinggi Swasta yang memiliki jurusan Teknik Kimia di Politeknik Bandung ( POLBAN ).
Lalu berhasilkah saya? tidak. Saya kembali kecewa dan bersedih hati. Akhirnya daripada saya tidak melanjutkan kuliah, saya menerima melanjutkan kuliah di UNPAD. Setidaknya saya tidak terlalu kecewa, karena pertanian juga merupakan bidang ilmu yang cukup saya sukai.
Gagal Melanjutkan Jenjang Strata 1 dan Bekerja
Setelah saya lulus Diploma, saya berniat untuk kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang S1. Masih memilih Fakultas Pertanian, saya berpikir untuk melanjutkan pendidikan dengan jurusan yang berbeda, yaitu Agroteknologi. Saya rindu kembali “bermain” dengan laboratorium dan ingin mempelajari teknologi pertanian lebih lanjut setelah sebelumnya kenyang mempelajari manajemen bisnis pertanian selama tiga tahun.
Lalu berhasilkah saya? tidak. Saya gagal bahkan sebelum mencoba. Ini yang dinamakan takdir. Ketika Ayah saya menyetujui rencana pendidikan saya, Allah memberikan saya ujian yang cukup berat. Ujian yang membuat saya tidak dapat melanjutkan pendidikan, yaitu tentu mengenai biaya pendidikan. Ayah tersandung kasus korupsi atasannya sehingga berimbas pada karir ayah di kantor. Hal ini akhirnya berdampak juga pada rencana saya melanjutkan kuliah.
Kegagalan berulang selama mewujudkan cita-cita membuat saya mengalami mental breakdown. Saya merasa hilang tujuan dan harapan. Saya tidak tahu apa yang ingin saya lakukan dan capai. Rasanya, semua cita-cita saya musnah dan terasa sulit untuk diwujudkan.
Tapi hidup harus terus berjalan bukan? kesedihan dan kekecewaan tidak akan membuat dunia ini berhenti berputar hanya untuk saya.
Bekerja Sebagai Pelayan Restoran
Akhirnya saya memutuskan untuk melamar pekerjaan. Selama satu tahun saya melamar ke berbagai perusahaan dengan beragam jenis posisi pekerjaan. Mulai dari supervisor lapangan, administrasi hingga waitress.
What? waitress? ya, pelayan restoran. Cukup getir memang, mengingat saya memiliki ijazah Diploma tetapi melamar pekerjaan yang hanya membutuhkan kualifikasi pendidikan setingkat SMA. Tetapi itulah pekerjaan yang akhirnya saya ambil karena semua lamaran pekerjaan saya tidak kunjung mendapat respon kecuali itu, menjadi pelayan restoran.
Tapi saya tidak menyesal. Karena banyak hal positif yang pada akhirnya dapat saya ambil selama bekerja sebagai pelayan restoran.
Selama tiga bulan pertama saya merasa babak belur, karena saya harus adaptasi dengan pekerjaan sebagai pelayan restoran. Pekerjaan ini membutuhkan tenaga luar biasa karena saya harus berdiri selama berjam-jam, menunggu konsumen datang, menawarkan menu, menyajikan menu hingga menyebar flyer.
Menangis dan seluruh badan terasa ngilu sepulang kerja menjadi makanan saya selama tiga bulan. Hingga akhirnya saya berkata pada diri sendiri, “ kamu boleh menyerah, tapi tidak sekarang! “
Saya kembali semangat dan bangkit setelah adaptasi selama tiga bulan. Ada posisi di perusahaan yang ingin saya kejar, yaitu manajer cabang. Perusahaan akan membuka cabang baru dan Manajer area menawarkan saya posisi Manajer Cabang dengan syarat melihat performa saya satu bulan kedepan.
Tentu saya percaya diri, mengingat selama tiga bulan terakhir track record prestasi saya cukup bagus bahkan paling tinggi dalam hal meningkatkan jumlah penjualan. Saya rasa dengan bekal track record yang bagus dan ijazah Diploma dapat menjadi senjata ampuh saya untuk memperoleh jabatan tersebut.
Lagi - lagi saya harus kecewa, kejamnya dunia kerja saya rasakan juga. Posisi manajer cabang menjadi rebutan semua karyawan yang potensial, bukan hanya saya. Saingan saya bukan hanya sesama karyawan baru, tetapi juga karyawan senior yang sudah bertahun - tahun lamanya bekerja.
Gosip beredar yang mengatakan bahwa kerja saya tidak becus, tidak serius dan banyak “main-main” menghancurkan kesempatan saya memperoleh jabatan Manajer cabang. Saya sedih bukan main, siapa yang tega memfitnah saya? siapa yang menikung saya dengan cara tidak sehat? begini kejamnya kah dunia kerja?
Hilang sudah bara api semangat saya dalam bekerja. Apalagi yang ingin saya raih? tidak ada. Selama satu tahun lebih saya bekerja seperti zombie. Yang hanya bekerja karena kebutuhan finansial.
Minimarket Girls
Jenuh dengan situasi kerja yang tidak kondusif, saya mengundurkan diri dan melamar pekerjaan di Perusahaan Fashion Brand internasional. Alhamdulillah saya menjabat sebagai Chief atau kepala toko. Setelah dua tahun bekerja, saya memutuskan berhenti dan mencoba melamar ke perusahaan minimarket.
Selama bekerja di Minimarket ini saya belajar banyak tentang bagaimana menjadi Pemimpin dan bagaimana menangani karyawan yang “ngeyel”, mencuri hati karyawan agar mau bekerja dengan baik dan semangat , menangani tikus, menyusun barang agar tersusun rapi dan facing out ( yang akhirnya jadi kebiasaan saya sampai sekarang ), mengatur stok barang, manajemen keuangan minimarket, mempelajari SOP sampai berhadapan dengan preman.
Sama halnya dengan bekerja pertama kali di Restoran, selama bekerja di Minimarket ini juga mengalami konflik batik berkali - kali karena kelelahan dikejar deadline dan aturan perusahaan yang aduhai ketatnya. Terkadang ingin menyerah tapi kembali saya menyemangati diri sendiri dan berkali-kali saya berkata pada diri sendiri, “ kamu boleh menyerah kapan saja, tapi tidak sekarang”.
Dan ya, saya bertahan bekerja sampai hampir tiga tahun lamanya sebelum akhirnya menyerah karena saya merasa sudah cukup bekerja di bawah tekanan atasan dan rules yang kadang membuat saya merasa “gak waras”. Ditambah waktu itu kondisi psikologis saya agak terganggu karena suatu hal hingga akhirnya membuat saya tidak fokus dan banyak melakukan kesalahan termasuk melanggar peraturan. So, saya resign. Saya rasa saat itu adalah memang waktunya saya menyerah.
Gerbang Menuju Impian
Kosong dari pekerjaan selama satu bulan membuat saya kembali memikirkan jalan hidup saya dan apa yang ingin saya lakukan. Saya kembali merenungkan kembali impian saya dan berniat untuk mengejarnya. Saya memikirkan untuk kembali ke bangku kuliah, saya ingin mengambil kuliah desain tapi sayangnya tidak ada kelas karyawan.
Lamaran saya di perusahaan cat tembok berhasil diterima dan saya mulai bekerja. Promotion sales. yess. Saya kerja pakai motor setiap hari dan berkeliling mengunjungi toko material dan proyek bangunan. Saya menawarkan produk, mengumpulkan materi rewards dari pelanggan setia dan tentu saja memberikan edukasi tentang pengecatan.
Bekerja di perusahaan cat tembok ini membuka peluang saya untuk bertemu dengan orang - orang yang bekerja di dunia konstruksi yang secara tidak langsung menggiring saya menuju profesi impian saya sebagai Arsitek.
Saya belajar Sketchup 3D secara otodidak atas desakan salah satu klien cat tembok saya untuk membantunya dalam proyek yang sedang digarap. Hal ini akhirnya membuat saya semakin kuat ingin melanjutkan kuliah saya.
Dengan penuh keyakinan dan kesiapan, saya mendaftarkan diri di salah satu Universitas Swasta yang memiliki jurusan Pertanian di Bandung. Saya, berencana melanjutkan kuliah saya dari DII Unpad dulu untuk mencapai gelar S1 di Universitas yang baru. Tetapi ketika hendak memiliki jurusan, saya kembali memikirkan ulang, apakah saya yakin ingin mengambil lagi jurusan pertanian?
Setelah melihat flyer perkuliahan, saya melihat beberapa jurusan dan disanalah saya menemukan satu jurusan yang tanpa banyak berpikir akhirnya saya ambil. Arsitektur Lansekap.
Saya senang bukan main, cita-cita saya waktu kecil akhirnya dapat terwujud. Memang bukan Arsitek seperti yang saya bayangkan, tetapi menjadi Arsitek Lansekap juga dekat kok dengan impian saya. Merancang suatu kawasan dengan mempertimbangan unsur ekologis. Wah, ini sih gue banget coy!!! hihihi
Teman kuliah yang asyik, jam perkuliahan yang flexible dan bisa saya sesuaikan dengan pekerjaan saya juga dosen yang Masya Allah baik hati dan mendukung saya sepenuhnya. Ini sih udah bukan surga lagi, tapi super surga. Saya bersyukur sekali.
Tapi sayang seribu sayang, kali ini saya pun harus kembali ke pelukan quote favorite saya, “ kamu boleh menyerah kapanpun tapi tidak sekarang” dan saya terpaksa meninggalkan bangku perkuliahan yang hanya tinggal satu sidang terakhir sebelum akhirnya saya bisa menjadi Arsitek Lansekap seutuhnya.
Mengapa saya memutuskan berhenti? bukan keputusan mudah sebelumnya, tapi saya tidak punya pilihan karena berhubungan erat dengan masa depan anak saya yang pertama, Keenan.
Menjadi Ibu dan menemukan Impian Baru
Setelah menjadi ibu, selama hampir 4 tahun lamanya saya tidak melakukan apapun yang berhubungan dengan impian saya. Peran baru saya ini mengharuskan saya fokus dengan anak dan suami.
Menggambar Pun hanya saya lakukan sebagai hobi melepas stress dan menjaga kewarasan. Ya, semua ibu pasti merasakan apa yang saya rasakan. Dibalik rasa bahagia dan bangga menjadi ibu, ada jutaan rasa lelah dan jenuh hingga terkadang ingin menyerah. Quote andalan saya tentu selalu saya pegang sebagai bara api semangat saya.
Tahun 2018, saya memutuskan untuk menulis semua pengalaman saya menjadi ibu kedalam sebuah blog. Ternyata ini berhasil membuat stress saya berkurang dan saya malah bertemu impian baru , yaitu menjadi Blogger.
Menjadi Blogger adalah impian diluar semua impian saya yang pernah saya miliki. Tidak pernah sekalipun saya bermimpi menjadi penulis apalagi mendapat penghasilan dari menulis. Tapi, disinilah saya sekarang.
Tapi saya bersyukur, semua impian saya menjadi ilmuwan, arsitek, ahli sejarah hingga seniman berkumpul menjadi satu dalam blog saya. Saya menulis topik-topik tersebut di dalam blog saya. Memang belum semuanya saya bahas, tapi secara perlahan saya menyusun konten dan menabung tema untuk saya bahas yang berkaitan dengan topik-topik profesi impian saya itu.
----------------------------------
Saya rasa setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda, unik dan sama menariknya dengan saya. Selalu ada alasan dibalik semua keputusan dan pilihan. Terkadang kita tidak dapat melawan takdir tapi kita bisa berjalan berdampingan dengannya. Selama kita memang teguh prinsip dan quote yang kita miliki, kemanapun takdir membawa kita, kita pasti bisa melewati semuanya.
Tetap semangat
BalasHapusJalan hidup itu seperti itu ya. Banyak beloknya dan hal2 tidak terduga. Tapi kalau menoleh ke belakang, kita bisa bilang bangga dengan diri sendiri karna tidak pernah menyerah waktu itu 😊😊😊
BalasHapusBtw, baru kali ini main ke blog yg ini Teh. Suka banget sih sama topik2 selftalk di sini ❤ semoga kita semangat terus ya ngeblognya 🤠🤠🤠
MasyaAllah, ternyata Mbak suka dengan bidang kimia ya. Perjalanan kehidupan setiap orang memang unik dan punya arti tersendiri. Dari semua pengalaman yang telah dilalui akhirnya dunia blogger jadi tambatan hati yang membahagiakan. Semangat terus Mbak.
BalasHapus